Ternak Kambing yang
ada sekarang diduga berasal dari 3 Kambing liar yakni Capra hircus dari Pakistan dan Turki, Capra falconeri dari Khasmir dan Capra prisca dari Balkan. Secara
systematic zoology kambing dapat disusun sebagai berikut;
Kingdom : Animal
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Order : Ungulata
Family : Bovidae
Genus : Capra
Species : Capra species
Kalau diamati perkembangan sebagai ternak potong, maka kambing masih kalah dengan domba, dan biasanya disamping sebagai ternak potong juga sebagai ternak perah. Banyak kambing-kambing luar yang didatangkan ke Indonesia seperti Etawa, Angora, Khasmir, Mountgommeri dari India dan juga Saanen dan Toggenburg dari Belanda. Peternakan Kambing di Indonesi banyak terdapat di pantai utara Jawa, Sulawesi Selatan, Aceh dan Nusa Tenggara.
Ada berbagai jenis kambing di Indonesia yang menghasilkan daging (pedaging/potong). Sangat sedikit jenis ternak kambing Indonesia yang menghasilkan susu. Jika pun ada, produksi susunya sangat rendah sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan dibanding jika memanfaatkannya untuk produksi daging. Umumnya beberapa kambing hasil persilangan kambing lokal dengan kambing sub tropis penghasil susu, juga mampu memproduksi susu. Tetapi tingkat produksinya tidak sama tinggi seperti induknya. Jikalau pun ada, hanya peternakan yang dikembangkan di daerah-daerah bersuhu dingin yang mengembangkannya. Berikut ini dijelaskan jenis-jenis kambing potong yang ada di Indonesia.
Phylum : Chordata
Class : Mammalia
Order : Ungulata
Family : Bovidae
Genus : Capra
Species : Capra species
Kalau diamati perkembangan sebagai ternak potong, maka kambing masih kalah dengan domba, dan biasanya disamping sebagai ternak potong juga sebagai ternak perah. Banyak kambing-kambing luar yang didatangkan ke Indonesia seperti Etawa, Angora, Khasmir, Mountgommeri dari India dan juga Saanen dan Toggenburg dari Belanda. Peternakan Kambing di Indonesi banyak terdapat di pantai utara Jawa, Sulawesi Selatan, Aceh dan Nusa Tenggara.
Ada berbagai jenis kambing di Indonesia yang menghasilkan daging (pedaging/potong). Sangat sedikit jenis ternak kambing Indonesia yang menghasilkan susu. Jika pun ada, produksi susunya sangat rendah sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan dibanding jika memanfaatkannya untuk produksi daging. Umumnya beberapa kambing hasil persilangan kambing lokal dengan kambing sub tropis penghasil susu, juga mampu memproduksi susu. Tetapi tingkat produksinya tidak sama tinggi seperti induknya. Jikalau pun ada, hanya peternakan yang dikembangkan di daerah-daerah bersuhu dingin yang mengembangkannya. Berikut ini dijelaskan jenis-jenis kambing potong yang ada di Indonesia.
1. KAMBING KACANG
Kambing Kacang (Capra Hircus) adalah ras unggul kambing yang pertama kali dikembangkan di Indonesia. Badannya kecil. Kambing Kacang merupakan kambing lokal Indonesia, memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi alam setempat serta memiliki daya reproduksi yang sangat tinggi. Kambing kacang jantan dan betina merupakan tipe kambing pedaging yang baik.
Ciri-ciri kambing Kacang antara lain ukuran badan relatif lebih kecil dari jenis kambing lainnya,
memiliki kepala yang kecil, telinga tegak, mempunyai bulu yang lurus dan
pendek, bulu kambing pendek untuk seluruh tubuhnya, namun bulu panjang pada
ekor dan dagu. Kambing Kacang jantan memiliki bulu yang panjang sebatas garis
leher sampai pundak ,punggung hingga ekor dan pantat, memiliki warna tunggal hitam,
putih, coklat atau kombinasi dari ketiga warna tersebut. Kambing Kacang betina
maupun jantan memiliki tanduk yang pendek. Berat badan kambing jantan dewasa
bisa mencapai 35 kg, dan kambing betina dewasa bisa mencapai 30 kg. Tinggi
kambing jantan berkisar 60 - 70 cm, dan yang betina hingga 50 cm.
2. KAMBING JAWARANDU
Kambing Jawarandu merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Etawa dengan kambing Kacang. Kambing ini memliki ciri separuh mirip kambing Etawa dan separuh lagi mirip kambing Kacang. Kambing ini dapat menghasilkan susu sebanyak 1,5 liter per hari. Kambing Jawa Randu memiliki nama lain Bligon, Gumbolo, Koplo dan Kacukan. Kambing Jawa Randu terkenal dengan makannya yang rakus. Kambing Jawarandu sering dipelihara untuk diperah susunya tetapi banyak pula peternak menggunakannya sebagai ternak pedaging (menghasilkan daging). Produksi susu kambing Jawarandu sebanyak 1,5 liter per hari.
Ciri-Ciri Kambing Jawa Randu antara lain warna bulu hitam, putih, coklat atau kombinasi dari ketiga warna,
punggungnya melengkung kebawah, kepala terliaht besar dan lancap, bertanduk,
telinga lebar dan menggantung. Bobot badan kambing jantan dewasa dapat mencapai
lebih dari 40 Kg, sedangkan bobot dewasa betina di bawah 40 Kg.
3. KAMBING MARICA
Kambing Marica adalah
suatu variasi lokal dari kambing Kacang. Kambing Marica yang terdapat di
Provinsi Sulawesi Selatan merupakan salah satu genotipe kambing asli Indonesia
yang menurut laporan FAO sudah termasuk kategori langka dan hampir punah
(endargement). Daerah populasi kambing Marica dijumpai di sekitar Kabupaten
Maros, Kabupaten Jeneponto, Kabupaten Sopeng dan daerah Makassar di Propinsi
Sulawesi Selatan.
Kambing Marica memiliki
potensi genetik yang mampu beradaptasi baik di daerah agro-ekosistem lahan
kering, dimana curah hujan sepanjang tahun sangat rendah. Kambing Marica dapat
bertahan hidup pada musim kemarau walau hanya memakan rumput-rumput kering di
daerah tanah berbatu-batu. Ciri yang paling khas pada kambing ini adalah
telinganya tegak dan relatif kecil pendek dibanding telinga kambing kacang.
Tanduk pendek dan kecil serta kelihatan lincah dan agresif.
4. KAMBING SAMOSIR
Berdasarkan sejarahnya kambing ini dipelihara penduduk setempat secara turun temurun di Pulau Samosir, di tengah Danau Toba, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kambing Samosir bisa menyesuaikan diri dengan kondisi ekosistem lahan kering dan berbatu-batu, walaupun pada musim kemarau biasanya rumput sangat sulit dan kering. Kondisi pulau Samosir yang topografinya berbukit, ternyata kambing ini dapat beradaptasi dan berkembang biak dengan baik.
Karakteristik morfologik tubuh kambing dewasa yaitu rataan bobot badan betina 26,23 ± 5,27 kg, panjang badan 57,61 ± 5,33 cm; tinggi pundak 50,65 ± 5,28 cm; tinggi pinggul 53,22 ± 5,43 cm; dalam dada 28,67 ± 4,21 cm dan lebar dada 17,72 ± 2,13 cm. Berdasarkan ukuran morfologik tubuh, bahwa kambing spesifik lokal Samosir ini hampir sama dengan kambing Kacang yang ada di Sumatera Utara, yang membedakannya terhadap kambing Kacang yaitu fenotipe warna tubuh yang dominan putih dengan hasil observasi 39,18% warna tubuh putih dan 60,82% warna tubuh belang putih hitam. Dari warna belang putih hitam didapatkan rataan sebaran warna berdasarkan luasan permukaan tubuh 92,68% kurang lebih 4,23% warna putih dan 7,32 kurang lebih 4,11% warna hitam.
5. KAMBING MUARA
Kambing Muara dijumpai di daerah Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara di Propinsi Sumatera Utara. Dari segi penampilannya kambing ini nampak gagah, tubuhnya kompak dan sebaran warna bulu bervariasi antara warna bulu coklat kemerahan, putih dan ada juga berwarna bulu hitam. Bobot kambing Muara ini lebih besar dari pada kambing Kacang dan kelihatan prolifik. Kambing Muara ini sering juga beranak dua sampai empat sekelahiran (prolifik). Walaupun anaknya empat ternyata dapat hidup sampai besar walaupun tanpa pakai susu tambahan dan pakan tambahan tetapi penampilan anak cukup sehat, tidak terlalu jauh berbeda dengan penampilan anak tunggal saat dilahirkan. Hal ini diduga disebabkan oleh produksi susu kambing relatif baik untuk kebutuhan anak kambing 4 ekor.
6. KAMBING KOSTA
Lokasi penyebaran
kambing Kosta ada di sekitar Jakarta dan Propinsi Banten. Kambing ini
dilaporkan mempunyai bentuk tubuh sedang, hidung rata dan kadang-kadang ada
yang melengkung, tanduk pendek, bulu pendek. Kambing ini diduga hasil persilangan
kambing Kacang dan kambing Khasmir (kambing impor). Hasil pengamatan, ternyata
sebaran warna dari kambing Kosta ini adalah coklat tua sampai hitam. Dengan
presentase terbanyak hitam (61 %), coklat tua (20%), coklat muda (10,2%),
coklat merah (5,8%), dan abu-abu (3,4%). Pola warna tubuh umumnya terdiri dari
2 warna, dan bagian yang belang didominasi oleh warna putih.
Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan wilayah Tangerang dan DKI Jakarta.
Kambing Kosta terdapat di Kabupaten Serang, Pandeglang, dan wilayah Tangerang dan DKI Jakarta.
Ciri khas Kambing
Kosta adalah terdapatnya motif garis yang sejajar pada bagian kiri dan kanan
muka, selain itu terdapat pula ciri khas yang dimiliki oleh Kambing Kosta yaitu
bulu rewos di bagian kaki belakang mirip bulu rewos pada Kambing Peranakan
Ettawa (PE), namun tidak sepanjang bulu rewos pada Kambing PE dengan tekstur bulu
yang agak tebal dan halus. Tubuh Kambing Kosta berbentuk besar ke bagian
belakang sehingga cocok dan potensial untuk dijadikan tipe pedaging.
7. KAMBING GEMBRONG
Asal kambing Gembrong
terdapat di daerah kawasan Timur Pulau Bali terutama di Kabupaten Karangasem.
Ciri khas dari kambing ini adalah berbulu panjang. Panjang bulu sekitar
berkisar 15-25 cm, bahkan rambut pada bagian kepala sampai menutupi muka dan
telinga. Rambut panjang terdapat pada kambing jantan, sedangkan kambing
Gembrong betina berbulu pendek berkisar 2-3 cm. Warna tubuh dominan kambing
Gembrong pada umumnya putih (61,5%) sebahagian berwarna coklat muda (23,08%)
dan coklat (15,38%). Pola warna tubuh umumnya adalah satu warna sekitar 69,23%
dan sisanya terdiri dari dua warna 15,38% dan tiga warna 15,38%. Rataan litter
size kambing Gembrong adalah 1,25. Rataan bobot lahir tunggal 2 kg dan kembar
dua 1,5 kg.
Banyak dugaan bahwa kambing
Gembrong merupakan persilangan antara kambing Kashmir dengan kambing Turki.
Dugaan ini didasarkan pada ciri-ciri fisik kambing yang hampir mirip dengan
kambing gembrong. Alasannya, kambing ini kesulitan untuk makan akibat mata dan
mulutnya tertutup oleh bulu. Kesulitan ini mengakibatkan makanan sulit masuk ke
mulut hingga tidak bisa menerima masukan gizi yang memadai. Akibatnya, kambing
mudah terserang penyakit hingga mati.
8.KAMBING BOER
Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan dan telah menjadi ternak yang ter-registrasi selama lebih dari 65 tahun. Kambing Boer merupakan satu-satunya kambing pedaging yang sesungguhnya, yang ada di dunia karena pertumbuhannya yang cepat. Kambing ini dapat mencapai berat dipasarkan 35–45 kg pada umur 5 hingga 6 bulan, dengan rataan pertambahan berat tubuh antara 0,02–0,04 kg per hari. Keragaman ini tergantung pada banyaknya susu dari induk dan ransum pakan sehari-harinya. Dibandingkan dengan kambing perah lokal, persentase daging pada karkas kambing Boer jauh lebih tinggi dan mencapai 40 %–50 % dari berat tubuhnya.
Kambing Boer dapat
dikenali dengan mudah dari tubuhnya yang lebar, panjang, dalam, berbulu putih,
berkaki pendek, berhidung cembung, bertelinga panjang menggantung, berkepala
warna coklat kemerahan atau coklat muda hingga coklat tua. Beberapa kambing
Boer memiliki garis putih ke bawah di wajahnya. Kulitnya berwarna coklat yang
melindungi dirinya dari kanker kulit akibat sengatan sinar matahari langsung.
Kambing ini sangat suka berjemur di siang hari.
Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-25oC) hingga sangat panas (43oC) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit dan dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput.
Kambing Boer dapat hidup pada suhu lingkungan yang ekstrim, mulai dari suhu sangat dingin (-25oC) hingga sangat panas (43oC) dan mudah beradaptasi terhadap perubahan suhu lingkungan. Tahan terhadap penyakit dan dapat hidup di kawasan semak belukar, lereng gunung yang berbatu atau di padang rumput.
Kambing Boer jantan
dapat menjadi hewan yang jinak, terutama jika terus berada di sekitar manusia
sejak lahir, meskipun ia akan tumbuh dengan berat badan 120 – 150 kg pada saat
dewasa (umur 2-3 tahun. Boer jantan dewasa (2 – 3 tahun) dapat melayani 30 – 40
betina. Kambing Boer betina sangat jinak dan pada dasarnya tidak banyak
berulah. Setelah beranak pertama, ia biasanya akan beranak kembar dua, tiga,
bahkan empat. Kambing Boer betina mampu menjadi induk hingga selama 5–8 tahun.
Betina dewasa (umur 2-3 tahun) akan mempunyai berat 80–90 kg. Kambing Boer
betina maupun jantan bertanduk.
9. KAMBING BOERAWA
Kambing Boerawa merupakan kambing hasil persilangan antara kambing Boer jantan dengan kambing Peranakan Etawah (PE) betina. Ternak hasil persilangan kedua jenis kambing tadi disebut Boerawa yakni singkatan dari kata Boer dan Peranakan Etawah. Kambing hasil persilangan ini mulai berkembang dan banyak jumlahnya di Propinsi Lampung. Tujuan dari persilangan ini adalah untuk mendapatkan produksi daging yang tinggi dan memperoleh kambing yang berpostur besar dan tinggi. Selain itu untuk mendapatkan kambing yang mampu beradaptasi dengan segala macam lingkungan, serta pertumbuhan yang cepat.
Ciri-ciri umum kambing Boerawa yaitu; warna dominan adalah putih pada bagian leher sampai kepala
berwarna hitam, memiliki tanduk. Kambing jantan tanduknya melingkar ke bawah
dan ujung tanduk menghadap ke depan, telinga yang panjang dan terkulai, kaki
panjang yang menopang tubuhnya sehingga terlihat kompak, bobot kambing jantan
dewasa dapat mencapai 80 Kg, dan bobot betina dewasa dapat mencapai 60 kg.